Skip to main content

Tiga Pria

Rowena enggan terkungkung pada angan-angannya sendiri, yang tak lain dan tak bukan diciptakan oleh para makhluk Mars itu. Tiga pria yang masuk dalam pusaran hidupnya, tiga pria yang membuat Rowena sekuat tenaga untuk menjaga hatinya agar tetap rapat. Agar pintu hatinya tak mudah terbuka, karena sejujurnya ia belum mau tersakiti lagi. Rowena belum siap. Dan satu-satunya cara untuk membentengi organ vitalnya itu adalah menjaganya.

Rowena akan menjaga hatinya.

Pria pertama, sebut saja ia pria pembawa kenangan. Dengan sejuta kisah yang pernah mereka ukir berdua di masa lalu, sungguh untuk melupakan pria ini rasanya sulit setengah mati. Pria pembawa kenangan ini hadir dalam seluk beluk hari-harinya, mengumandangkan namanya setiap pagi, mencari celah untuk terus bercengkerama, hingga meninggalkan kata-kata manis yang tak pernah didengar Rowena sebelumnya. Untuk pertama kalinya, Rowena dicurahi perhatian sederas itu. Dan sang pria pembawa kenangan memainkan perannya dengan amat baik. Pria itu memabukkan.

Tapi, itu dulu.

Entah seperti apa kini Rowena mengenal pria itu. Kadang mereka seperti teman baik, namun di lain hari keduanya layaknya sepasang manusia yang tak saling mengenal. Namun pada suatu ketika, ada hari dimana pria pembawa kenangan itu masih menyisakan rasa candu pada Rowena. Kilatan manik obsidian pria itu masih sama, sapaan canggung itu kadang membawa mereka ke tempat itu lagi. Tempat dimana pertama kali keduanya dipertemukan.
Tapi Rowena sadar betul bahwa fasenya kini bukan milik si pria pembawa kenangan. Rowena sadar betul bahwa tiada lagi harapan yang menggantung di langit-langit hatinya untuk si pria.

Pria pembawa kenangan hanya akan menjadi si pembawa kenangan. Kenangan. Hanya kenang-kenangan.

Pria kedua, pria ini tak terdefinisi. Ia menjelma pada suatu kediaman namun pada suatu masa lidahnya bersilat memancarkan tanda bagi Rowena. Satu hari ia membuatnya melayang ke tumpukan awan, namun di lain hari ia diam seperti bongkahan es dalam lemari pendingin.
Rowena kerap kali mendengar kata tak terduga dari pria ini, yang membuatnya yakin bahwa ada yang terbuka dari jendela hati pria itu. Rowena yakin, ia mengisi sedikit tempat di sana. Di sebuah ruang berjendela di hati pria itu.
Namun, lagi-lagi ada sesuatu yang menentang segala kemungkinan itu, semuanya tidak akan bisa. Ia tidak bisa. Meski itu juga bukan salah siapa-siapa, karena tiada seorang pun yang tahu, kapan pertama kali ia merasakan getaran itu. Sesuatu yang dirasakannya (mungkin) berabad-abad lalu. Tapi kini, Rowena hanya tahu bahwa ia belum bisa apa-apa.

Pria ketiga, ia pria biasa. Ia ada. Namun, membingungkan. Entahlah, Rowena tak paham betul dengan wujud pria satu ini. Suatu ketika Rowena meminjamkan hatinya untuk pria itu, namun pada suatu masa rasa itu terbuang jauh-jauh. Pada satu hari ia berujar bahwa ia baik-baik saja, namun di lain hari ada rasa rindu ingin bertukar kata. Sungguh, Rowena benar-benar tak paham.

Tiga pria, yang ketiganya sama-sama membingungkan bagi Rowena. Makhluk-makhluk asal Mars yang menyambangi kediamannya di Venus. Suatu hari nanti, Rowena akan tahu seperti apa jalan hidupnya. Apakah salah satu di antara ketiganya? Atau ada makhluk Mars lain lagi yang akan menawan hati gadis itu?
Entahlah, Rowena benar-benar tak mengerti. Di hari ini, makhluk Venus itu hanya ingin terus membentengi hatinya. Bukan saat yang tepat untuk membuka hatinya saat ini, yang ada mungkin ia akan tersakiti lagi. Dan Rowena tahu, rasa sakit yang menjalar dan dideritanya beberapa waktu lalu serta merta mempengaruhi sendi-sendi kehidupannya. Dan Rowena enggan mengulangi fase-fase itu lagi.

Rowena hanya ingin menjaga hatinya sendiri. Ia tak ingin luka menganga itu datang lagi. 
Hati itu akan tetap ia jaga, hingga pada suatu ketika, akan ada makhluk Mars yang mampu mengungkapkan dan mengakui bahwa hatinya telah tertawan oleh gadis itu.
Namun sebelum masa itu tiba, ia hanya akan menjaga hatinya.

Tentu saja, hatinya akan ia jaga dengan hati-hati. 

Comments

Popular posts from this blog

Solo Traveling: Berani Nyaman Sendirian

Berani nyaman sendirian Kata orang, salah satu cara menemukan jati diri adalah dengan solo traveling . Saya mengamini perihal ini karena dengan bepergian sendirian, satu-satunya yang bisa diandalkan, ya, siapa lagi, kalau bikin diri sendiri? Kita diajak belajar percaya pada diri sendiri, mandiri dan mengenal lebih banyak tentang diri sendiri. Kebetulan, saya orang yang nyaman sendirian. Pergi sendiri ke bioskop nonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 di tengah ramai sesak di hari pemutaran perdana? Saya pernah. Makan sendirian di restoran yang ramainya bukan main, ah , biasa itu, mah . Solo traveling ? Saya pun pernah, walaupun masih sebatas perjalanan antar kota. Tidak seperti makan dan nonton di bioskop yang minim risiko, solo traveling atau liburan sendirian masih menjadi hal yang aneh dan mengkhawatirkan bagi beberapa orang. Berada di lingkungan asing tanpa orang dikenal? Duh , malapetaka! Bagaimana kalo saya ditipu warga lokal? Bagaimana kalau ada hal-hal buruk yang menimpa

[PUISI] Cahaya Harapan

Judul : Cahaya Harapan Datang dari pintu kedatangan Dibawanya deru gelora jiwa Bersandar pada lekukan kayu Di sudut lain pada hampa dengan waktu Tabur! Tabur saja cahaya surya! Hingga aku tak kuat lagi menahan silaunya Hingga aku tak mampu lagi berpegangan  pada bumi Hingga aku terhempas keras, keras, keras sekali Di padang gelap terdampar Dimana cahaya itu lenyap, paripurna Hilang… Hilang… Hilang… Pulang menuju pintu keluar Langkahnya masih sama Yang beda hanyalah siapa yang tertinggal di belakang Oh bukan, siapa yang ditinggal di belakang Samar-samar mencari sisa-sisa cahaya Yang menyala dari sela-sela Tak jua ditemui barang secuil pun Padam, padam Cahaya itu padam tanpa disuruh Buat siapa yang di belakang sesak Buat siapa yang di belakang perlu buat cari 9 matahari Karena takut 1 tak cukup Takut 1 akan hilang Maka ia butuh 9 Cahaya itu memabukkan Buat kepayang bagi siapa yang terpapar Cahaya harapan Lenyap! Le

Terus Bergegas Ala Gagas di Usia Dua Belas

  Selamat ulang tahun, GagasMedia! Penerbit yang pernah menolak naskahku dulu, tapi kok belakangan sering dapet hadiah dari penerbit ini :p Yah, my little steps are going to make a big journey. Semoga saja. Selamat ber-12-ria! Sebutkan 12 judul buku yang paling berkesan setelah kamu membacanya! 1. 5cm , Donny Dhirgantoro 2. The Hobbit , J.R.R Tolkien 3. Perahu Kertas , Dewi 'dee' Lestari 4,5,6. Tiga buku kece dari Suzane Collins ( The Hunger Games, Catching Fire , dan Mockingjay ) 7,8. Milana dan Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri dari Bernard Batubara 9. Karya roman klasik, Layla Majnun oleh Nizami 10. Berjuta Rasanya , Tere Liye 11. Kumpulan hari-hari yang bercerita dalam Menuju(h) , Aan Syafrani dkk. 12. Yang paling baru banget dibaca dan berkesan, Misteri Patung Garam -nya Ruwi Meita. Buku apa yang pernah membuatmu menangis, kenapa? Summer Breeze. Waktu itu pertama kali baca novel dan udah tersentuh sama kisah si kembar Ares-Orion yang