Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

THANKS CERPENMU!

Yah, baru saja saya membuka situs cerpenmu.com dan iseng-iseng membuka menu "Cerpen Pilihan Bulan Ini" dan setelah saya scroll ke bawah, ada cerpen saya! Huah. Anak jaman sekarang mungkin mengatakan bahwa saya lebay dan alay. Iya sih, I admit it.  Sebelum itu, mau ngasih info sedikit. Cerpenmu.com itu wadah buat kamu-kamu yang doyan nulis cerpen tapi nggak tahu mau publish dimana agar bisa dilihat banyak orang. Jadi, ini juga tempat yang pas buat kita-kita nih yang lagi belajar nulis :) Yeah. No pict = hoax. So, printscreen deh! He-he. Memang baru nominasi sih. Tapi, sekadar info, cerpen itu saya selesaikan sekitar 2 jam tertanggal 31 Desember 2012. Ibaratnya cerpen akhir tahun dan baru saya publish di cerpenmu.com awal bulan Maret ini. Dan belum saya posting di blog saya:) Silahkan yang mau baca. Oh ya, di blog saya juga sudah ada banner cerpenmu.com Ayo yang suka nulis, publish gih tulisannya;) Happy reading, let's writing!

[FLASH FICTION] Masih Ada Angkot Yang Lewat

Baiklah, terkadang saya suka mengikuti kompetisi menulis kecil-kecilan. Yah sebagai contohnya proyek Cerita Mini dari Bentang Pustaka. Berhubung nggak menang, saya share disini ya. Hitung-hitung latihan menulis fiksi kilat 200 kata. Kali ini temanya : CINTA LOKASI.  Check this out! MASIH ADA ANGKOT YANG LEWAT “Udah sore, pulang yuk!” Miranda mengajak Marta keluar dari gedung sekolah. “Naik apa? Dijemput?” tanya gadis itu pada Miranda sembari membenarkan letak tasnya. “Aku naik angkot aja. Ayo!” Langkah kaki kedua gadis itu menerbangkan debu dari tanah yang mereka injak. -- “Ini udah ada tiga mobil angkot yang lewat, tapi kamu tetep nggak mau pulang?” Gadis itu tak habis pikir pada Miranda yang sedari tadi hanya duduk dan mengabaikan kendaraan umum yang telah melewati mereka. Menjelang senja, kedua gadis itu masih saja berada di depan gedung sekolah yang saat ini sudah sepi. “Nah!” Miranda segera beranjak dengan wajah berseri-seri mengajak Marta untuk masuk ke angko

Mengenai -Ku dan -Mu

Masih adakah ruang di otakmu yang menyisakan memori tentang postingan -ku dahulu? Hmm, bila dirimu tak mengingatnya, mungkin akan kusegarkan lagi dengan membuka halaman ini: Antara -Ku dan -Mu Seorang sahabat berujar padaku, tentangnya yang mengutip kalimat-kalimat di dalamnya. Menambahkan dengan ilustrasi yang brilian! Kumpulan aksara itu kini naik pangkat, lebih bermakna dan lebih menyentuh. Mungkin begitu. Inilah dia! Dear, It just so sweet :") The flowers! What a great illustration ! Terimakasih untuk gadis yang nama depannya sama sepertiku. Thanks Kumara! Much love!!  Terima kasih untuk orang yang pertama kali mendeklarasikan bahwa ia mencintai langit. Terima kasih untuk ke-absurd-an yang acapkali terjadi kala kita bertukar aksara. Terimakasih telah menjadi reader yang setia!  

Tawa Itu

Entah mimpi aku semalam, mungkin harusnya sudah ada durian runtuh yang menjadi bunga tidurku. Atau harusnya ada bulan yang jatuh tepat ke pangkuanku. Entahlah, aku tak meributkan hal itu. Karena hari ini yang ku tahu ada hal luar biasa darimu. Ya. Tawamu itu. Tawa yang tak kuduga akan sebegitu lepasnya. Tawa yang tak kusangka akan begitu jujurnya. Dan tawa yang tak kukira disebabkan oleh makhluk di depanmu. Makhluk yang mencuri pandang padamu, yang memandang lekat tiap ada waktu. Itu. Aku. Senyum yang mengembang darimu tiap harinya memang sudah cukup untuk membuatku melayang hingga langit-langit di atas awan. Senyum dengan alis terangkat ketika menatap dalam bola mataku, senyum yang dengan sempurna mengembang bahkan ketika kamu belum bersuara sepatah katapun. Senyum yang dengan lancangnya masuk ke dalam tidurku, senyum yang selalu kuingat tanpa disuruh. Tingkah lakumu dan ucapanmu juga sudah sering menghantuiku. Merajai setiap sudut otakku hingga hanya menyisakan sedikit ruang un

Perahu Kertas

"Sini, ikut aku lihat langit." Gadis itu menyeret seorang gadis lainnya, membawanya ke sebuah beranda rumah dengan pilar marmer yang tak terlalu besar. Kedua gadis itu akhirnya memilih untuk mendaratkan diri pada ubin persegi yang dingin dan keduanya tanpa memakai alas kaki. Kali ini, sepertinya bukan langit yang akan mereka lihat. Tentu saja, langit tertutup awan mendungnya yang perkasa, awan yang bergerak cepat hingga pandangan mata tak sanggup mengejarnya. Hujan mulai turun dengan sempurna, membasahi apa saja yang ada di atas tanah. Meski begitu, keduanya enggan beranjak dari tempat mereka sekarang, meski air hujan sesekali memercikkan butiran-butirannya pada kain yang mereka kenakan. Ya, mengapa harus menghindari hujan bila memang pada awalnya ingin melihatnya? Aliran air yang lewat di sebuah saluran tepat di depan mereka membuat salah seorang gadis mengajukan permintaan. "Ayo buat perahu kertas!" Seru salah seorang gadis. Tanpa waktu lama, gadis itu meluncur