Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2013

My Gallery!

Editing di hape, kata-kata yang menyeruak begitu saja. Yang ingin sekali untuk diwujudkan dalam latarbelakang visual. Check my handphone! You'll exactly see all of this!

Maaf, Aku Gagal Berpindah Hati

Magamon. Julukan yang tepat untukku sekarang. Iya, Si Manusia Gagal Move On.  Ini untuk kamu yang dengan lancangnya masuk ke sendi-sendi hidupku. Dengan teganya merenggut hal-hal lain yang seharusnya kupikirkan dan malah tergantikan olehmu. Hey kamu yang di luar sana, jujur saja. Aku sempat hampir berhasil melupakanmu, hampir dapat membuat apa yang kau perbuat menjadi biasa saja di mataku. Meskipun pada akhirnya masih meninggalkan rasa sakit dan rasa perih yang tak akan ku bagi-bagi. Aku labil. Iya, benar-benar labil. Tahukah kau pada saat aku memutuskan untuk berpindah hati dan hampir berhasil sesungguhnya aku tak benar-benar rela? Aku tak ingin perbuatanmu yang biasanya meninggalkan seulas senyum di wajahku menjadi hambar rasanya. Aku tak ingin kehilangan sosokmu yang begitu menyilaukan di mataku. Ya, aku belum rela melepaskanmu. Matahari dan bulan bergantian meregang diri, terang-gelap-terang-gelap begitulah hari-hari berputar. Dan aku menikmati perasaanku ini yang kian hari

[FLASHFICTION] Lelaki Gudang Tawa

“HUAHAHA. HUAHAHA.” Bahtiar mentertawakan sebuah onde-onde yang dibawa Sarah, teman kelasnya. “Dikasih jemblem ketawa, onde-onde apalagi.” Geleng Sarah dengan nada heran. “HUAHAHA.” Bahtiar masih saja tertawa sembari memegangi perutnya. -- Sesosok lelaki tengah menatap dua insan yang beradu mulut. Tak lain tak bukan, dua orang yang selama ini satu atap dengannya. Lelaki pencari nafkah dan ibu yang memasak tiap harinya. Kedua bola mata lelaki itu memandang nanar. Ada kesedihan mendalam di hatinya. Bahtiar. Keluarganya tak lagi utuh. -- Sarah baru tertunduk bersama gadgetnya. Sementara Bahtiar ada di sampingnya. Masih saja menertawakan badut dufan yang baru saja lewat. “Heh. Jangan ketawa terus!” “Lucu itu! Lucu!” “Ini buat kamu.” Sarah menyerahkan sekotak benda bulat dengan banyak wijen di atasnya. Bahtiar meraihnya. Membukanya perlahan dan meraih satu di antara enam itu, satu yang paling besar. “HUAHAHA. Liat nih! Lucu. Masa ini yang paling gede. HUAHA.” Sarah h