Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2013

Cemburu Masa Lalu

“Res, jangan bilang Yasmin, ya,” tutup lelaki itu hati-hati. Ia tengah menunggu di kursi panjang. Kaos branded , celana tiga perempat, tas selempang berbahan kulit, sandal crocs kuning dan sepasang kacamata. Lelaki itu tengah menikmati sebotol teh hijau sembari memasukkan ponsel pintarnya yang baru saja ia gunakan untuk berbicara dengan seseorang di ujung sana. Bila kau menilik penampilannya, mungkin ia tak terlalu pantas untuk berdiam diri di tengah hiruk pikuk bandara. Tanpa tas ransel ataupun koper besar. Lelaki itu berjalan dengan santainya. Ya, benar saja. Ia hanyalah seorang anak kelas dua SMA yang memanfaatkan libur Ujian Nasional kakak kelas untuk kembali ke kampung halaman. Kembali ke kampung untuk satu hal, untuk menemui satu orang. Seseorang yang selalu ingin ia tatap langsung dalam diam. Tak salah lagi, lelaki itu ialah seorang pengelana cinta. --

[FF] Malu Bila Kau Sentuh

Padang itu tak seperti padang ilalang yang kecoklatan. Tak juga sebuah padang rumput yang hijaunya segarkan mata. Ia lebih pantas disebut hamparan tanah yang luas. Dimana mungkin rerumputan ada, namun jarang-jarang. Ada tanaman. Namun hanya bergumul di satu sisi. Ia selalu berada disitu sendirian. Bukan karena ia ditolak teman-temannya di lahan sebelah. Hanya saja, Tuhan yang menempatkan ia disitu. Tanpa ia mampu bergerak dan berpindah barang sesenti pun. “Kamu jaga di pohon sebelah sana, ya!” seorang anak dengan celana selutut. Matanya coklat. Kulitnya putih kemerahan seperti kepiting rebus. Anak itu hasil persilangan dua ras yang berbeda. Lelaki itu berlari, mencari persembunyian yang pas agar tak ditemukan. Di sebuah tempat di padang ini yang hanya ada pepohonan dengan jarak jarang-jarang. Sementara, ia masih tetap berada disitu. Ia tersipu malu. Melihat anak lelaki tampan yang berlari ke arahnya.  Ia berdebar-debar. Ia bergeming namun ia tahu ia sedang jatuh cinta.  Lelaki it

Teman Lama

Hai, teman lama Tak usahlah kau anggap begitu Aku pun tahu Aku bukan teman baik Seperti temanmu yang lalu-lalu Hai, teman lama Tak usahlah kau anggap begitu Mungkin kau bilang aku teman palsu Tapi sesungguhnya bukan itu maksudku Aku tak pernah tak suka pada mimpi-mimpimu Aku tak pernah tak suka pada usaha-usahamu Tapi kau yang buatku begitu Ketika merah jambu Seakan buatmu buruk di hadapanku Tak pernah sekalipun kubenci mimpimu Tak pernah anggapmu sebagai pesaing terberatku Salah, bila kau nilai begitu Aku hanya tak tahu Entah kenapa kelakuanmu buatku minta ampun Si merah jambu buatmu inginkan semua harus tertuju padamu Padahal disini masih ada aku Maaf bila sudah buatmu salah paham Tapi akan kuyakinkan padamu Bukan mimpimu yang buatku tak enak hati padamu Tapi merah jambu itu Yang buatku enggan terhadapmu Maaf, wahai teman lamaku

{FF] Manis

Berkata bukan hanya tentang tingkah tetapi juga angan-angan. Andai aku jadi dia, selalu saja. Andai aku berbeda, masih saja diungkit. Padahal, semesta sudah menjanjikan banyak hal tentang menjadi dirimu sendiri. "Ngapain kamu disini? Makhluk kayak kamu nggak cocok ada disini!" Ia dikerumuni oleh semua makhluk, Ah! mereka mengagung-agungkan namanya. Hingga ia sudah tak berpijak di tanah. Yang satu lagi menunduk. Tak tahu harus bagaimana menghadapi makhluk yang sombong seperti yang ada di hadapannya. Ia menunduk dan pergi. Sesampainya di rumah. Berkacalah ia. Ah , menurutnya ia tak ada bedanya dengan makhluk sok yang ditemuinya tadi. Tapi, mengapa mereka mengerumuninya? Beda kami hanya sedikit, makhluk sok itu punya banyak kristal. Tak seperti dirinya, yang tak punya kristal-kristal itu. Ah, tapi ia punya kulit yang lebih halus daripada makhluk sok itu. Ah , Ibu! Ada apa?! Kenapa?! Aku juga ingin laku di hadapan mereka. -- Raksasa besar itu mengambil sapu. Ia tercenga