Padang itu tak seperti padang ilalang yang kecoklatan. Tak juga sebuah padang rumput yang hijaunya segarkan mata. Ia lebih pantas disebut hamparan tanah yang luas. Dimana mungkin rerumputan ada, namun jarang-jarang. Ada tanaman. Namun hanya bergumul di satu sisi.
Ia selalu berada disitu sendirian. Bukan karena ia ditolak teman-temannya di lahan sebelah. Hanya saja, Tuhan yang menempatkan ia disitu. Tanpa ia mampu bergerak dan berpindah barang sesenti pun.
“Kamu jaga di pohon sebelah sana, ya!” seorang anak dengan celana selutut. Matanya coklat. Kulitnya putih kemerahan seperti kepiting rebus. Anak itu hasil persilangan dua ras yang berbeda.
Lelaki itu berlari, mencari persembunyian yang pas agar tak ditemukan. Di sebuah tempat di padang ini yang hanya ada pepohonan dengan jarak jarang-jarang.
Sementara, ia masih tetap berada disitu. Ia tersipu malu. Melihat anak lelaki tampan yang berlari ke arahnya.
Ia berdebar-debar. Ia bergeming namun ia tahu ia sedang jatuh cinta. Lelaki itu bergerak ke arahnya, Ah, kali ini ia berdebar-debar. Lelaki yang memang sudah seringkali bermain di tempat ini. Yang kehadirannya selalu dinantikan olehnya.
“Kau ketemu!” Lelaki itu ditemukan.
Ia merangkak mundur. Namun tak sengaja, kedua jemari lelaki itu menyentuh dirinya. Ia merona merah jambu.
Ia pun menguncup.
Putri malu itu menguncup.
Ia selalu berada disitu sendirian. Bukan karena ia ditolak teman-temannya di lahan sebelah. Hanya saja, Tuhan yang menempatkan ia disitu. Tanpa ia mampu bergerak dan berpindah barang sesenti pun.
“Kamu jaga di pohon sebelah sana, ya!” seorang anak dengan celana selutut. Matanya coklat. Kulitnya putih kemerahan seperti kepiting rebus. Anak itu hasil persilangan dua ras yang berbeda.
Lelaki itu berlari, mencari persembunyian yang pas agar tak ditemukan. Di sebuah tempat di padang ini yang hanya ada pepohonan dengan jarak jarang-jarang.
Sementara, ia masih tetap berada disitu. Ia tersipu malu. Melihat anak lelaki tampan yang berlari ke arahnya.
Ia berdebar-debar. Ia bergeming namun ia tahu ia sedang jatuh cinta. Lelaki itu bergerak ke arahnya, Ah, kali ini ia berdebar-debar. Lelaki yang memang sudah seringkali bermain di tempat ini. Yang kehadirannya selalu dinantikan olehnya.
“Kau ketemu!” Lelaki itu ditemukan.
Ia merangkak mundur. Namun tak sengaja, kedua jemari lelaki itu menyentuh dirinya. Ia merona merah jambu.
Ia pun menguncup.
Putri malu itu menguncup.
Comments
Post a Comment