Baru saja
Diana selesai memanggang kue coklat kesukaan pria itu. Bahkan peluhnya belum
kering sempurna, ia sudah harus berjalan mendekati gagang pintu untuk
mengetahui apa yang terjadi di balik sana.
Suara bel
itu meraung-raung tepat pukul empat tiga puluh sore hari. Jam-jam yang sama
ketika Diana dan Bara seringkali bercengkerama sembari mencicip cookie yang
dibuat gadis itu tiap mensiversary mereka. Perayaan yang sudah tak pernah Diana
kenali beberapa tahun belakangan ini, yang meski begitu ia akan secara otomatis
membuat kue, kue yang beberapa tahun ini ia cicipi sendiri.
Ia hidup
dalam kesendirian yang panjang. Kesendirian yang lelap, yang belakangan ini
membuatnya frustrasi setengah mati. Diana tak pernah berpikir bahwa kisah
cintanya akan terkatung-katung layaknya jemuran tetangga yang sering ia temui
di seberang pagar. Ia tak pernah mengira, bahwa ketidakhadiran Bara akan
membawanya menjadi sesedih ini. Diana tak pernah tahu bahwa hari ini adalah saatnya,
hari ini akhirnya datang juga.
--
“Jangan
lupa telpon aku, ya,” kalimat itu keluar dari mulut Diana, yang sesungguhnya
ingin ia rapal dengan kalimat, “jangan lupakan aku.”
“Irlandia
bukan Pluto. Semuanya masih akan sama. I love you, my Lady
Diana,” Bara memeluk gadis itu erat, mencoba meyakinkan bahwa semuanya akan
baik-baik saja.
Hmm, baik?
Mari buktikan nanti.
Dua tahun
masih cukup terasa hangat untuk Diana, meskipun lelaki itu bermil-mil jauh
darinya, Bara seperti berjarak sepelemparan batu dari lokasi Diana berada. Ia
dekat.
Lama
berselang, segalanya seakan terkikis, satu persatu keberadaan Bara mulai hilang
dari pandangan Diana. Bara seakan hilang, ia abu-abu sebelum akhirnya Diana
merasa bahwa lelaki itu telah lenyap dari permukaan bumi.
--
Dan sore
itu, kepastian itu datang juga. Diana menerima sebuah surat cantik dengan pita
merah. Surat yang kelak membuat segala emosinya luruh ke bumi.
Gadis itu
tercekat, membuat cookie yang ditelannya bagaikan menyangkut
di tenggorokan. Ia diam, menangis, dan tak percaya. Ia tenggelam dan lelap
bersama kesedihannya.
Hari itu,
ia melihat nama lelakinya, Bara, bersanding dengan nama seorang gadis.
Bukan, ia tahu, itu bukan namanya.
Bukan, ia tahu, itu bukan namanya.
END
Inspirasi lagu : The Script - No Good in Good Bye #FiksiLaguku
Lagu kesukaan saya itu, sis
ReplyDelete