Setelah melalui tekanan pikiran yang berbuah manis di kompetisi DBL bulan lalu, ternyata di bulan Oktober ini, I got a big surprise a week before my birthday! Yah, ucapan-ucapan yang sekadar lalu, sambil mengungkap, "kita harus bisa ke Bogor" akhirnya diijabah sama yang di atas.
Sebelum beranjak ke petualangan menarik di Bogor, saya mau cerita sedikit nih, tentang DBL. Lomba jurnalistik yang baru pertama kali saya ikuti, dan tentu saja lomba ini memberi saya banyak pengalaman dalam menulis berita. Meski sempat agak malas di awal-awal kompetisi, akhirnya saya bisa menuntaskan naskah berita yang membuahkan nilai 7,68 dari dewan juri. Menempati peringkat empat kategori writer, sungguh saya senang sekali! Huge thanks buat Mas Vian (Irviandi) yang meski jarang saya hubungi, ternyata ilmunya sangat manjur tentang kepenulisan. 10 thumbs up, deh!
Setelah move on dari kompetisi DBL, saya punya janji dengan diri saya sendiri, yang singkat kata isinya adalah saya harus bisa mencari pengganti prestasi saya di DBL, sesegera mungkin. Saya harus bisa.
Dan tepat tanggal 5 Oktober, saya mendapat jawabannya,
5 besar Green Innovation Tree Grower Community Institut Pertanian Bogor!
Kami berangkat ke Bogor.
#Day 1 : 10 Oktober 2014
Cobaan Orang Sukses
Setelah persiapan super mendadak menuju Bogor yang masih ditambah unsur ketidakpercayaan, maka kami berempat (saya dan tiga orang teman perempuan) meyakinkan diri untuk melangkahkan kaki menuju Bogor.
Sesuai dengan perkiraan akhirnya kami tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya, niatnya ingin berangkat dengan kereta api, namun ternyata tiket kami yang belum diamankan melayang begitu saja diambil orang. Yah, alhasil kami berburu menuju Terminal Bungurasih (Purabaya) setelah mencoba menghubungi agen-agen bus yang busnya sudah terisi penuh.
Di Terminal Bungurasih, kami disambut agresivitas para agen bus yang kala itu tengah getol mencari penumpang. Dengan pikiran yang sudah pasrah dan kebingungan, karena mau tidak mau kami harus berangkat hari itu juga. Kami akhirnya menerima pinangan bus bermerek nama bunga itu dengan harga tiket Rp300.000.
Dengan bismillah kami mencoba menyakinkan diri bahwa perjalanan kami akan baik-baik saja, seperti kata kakak salah satu teman yang kala itu berkata bahwa semua ini adalah cobaan untuk orang sukses. Dan tentu saja, dalam kondisi seperti itu satu-satunya hal yang bisa kami lakukan adalah mengamini.
Di tengah kondisi pasrah (karena kami baru pertama kali ke Bogor menggunakan bus tanpa didampingi orang tua) maka yang kami lakukan hanyalah berdoa, berdoa agar kami selalu dikelilingi orang-orang baik. Dan ternyata doa itu kelak benar-benar terwujud.
#Day2 : 11 Oktober 2014
24 hours long journey
Rasanya sudah berpuluh-puluh kali saya bangun dari tidur, dan nyatanya saya masih terduduk tenang di bus. Perjalanan yang melelahkan hingga membuat sendi-sendi dan otot rasanya kaku. Perjalanan terpanjang yang pernah saya lalui! Perjalanan Surabaya-Bogor, seharian penuh!
Untuk pertama kalinya, saya menginjakkan kaki di Terminal Pulo Gadung, yang langsung dioper ke dalam bus kota yang penampakannya seperti setting FTV di TV sebelah. Di dalam bus, saya merasa kehabisan oksigen, andai saya tak kunjung keluar dari bus itu, saya bisa koid kehabisan oksigen.
Perjalanan super melelahkan itu, akhirnya mencapai suatu titik temu, atau titik akhir? Setidaknya, kala dua orang malaikat berjalan itu menemukan kami, tuntaslah sudah beban yang ada di pundak. Saya lunglai, lega, bahagia.
Mas Ifta dan Mbak Ruri, ibarat jadi oasis di tengah gurun sahara. Ibarat air yang mengisi relung-relung tenggorokan kala dahaga. Sungguh, perjalanan berat yang kami tempuh ini seakan sirna sudah seiring dengan datangnya bala bantuan dari keduanya. Mulai dari asupan makanan, mengantar hingga ke wisma. Kami-atau saya khususnya- merasa seperti anjing kecil yang ditemukan oleh pengasuh baik hati. Karena jujur saja, meski saya sudah 18 tahun, ini adalah perjalanan terjauh dan ternekat yang pernah saya lalui, sendirian. -tanpa orang tua-
#Day3: 12 Oktober 2014
Show time. Kami menunjukkan kemampuan dan keunggulan produk kami di Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Kami berkeliling kampus IPB ditemani satu lagi orang baik, yakni Mbak Via, mojang asal Pemalang yang kami adopsi sebagai pendamping kami.
#Day4 : 13 Oktober 2014
Kami diajak jalan-jalan ke Puncak, Bogor oleh Mas Ifta. Menikmati panorama Jawa Barat selepas menerima gelar "Berharap Juara I" atas karya yang kemarin kami presentasikan. Lagi-lagi, saya tak perlu menyebut banyak kebaikannya, namun malaikat yang satu ini benar-benar membuat saya gemas setengah mati akan kebaikannya.
Kami menginap di rumah kedua Mas Ifta dan Mbak Ruri. Ini adalah kebaikan nomor sekian yang kami peroleh dari keduanya.
#Day5 : 14 Oktober 2014
Pulang. Dengan seribu bahkan sejuta kenangan. Yang menurut saya, yang paling mengesankan dari perjalanan ini adalah pertemuan kami dengan keluarga kecil berhati malaikat itu. Yang lebih terasa seperti liburan daripada untuk mengikuti lomba.
Semoga lain kali, kami bisa ke Bogor lagi dengan keadaan yang tidak sama memprihatinkannya seperti kemarin! Oh iya, untuk pertama kalinya, saya naik pesawat. Terima kasih teman-teman atas pengalamannya~
Satu hal yang dapat saya simpulkan, bahwa pada perjalanan kami ini, doa yang kami panjatkan ternyata benar-benar manjur. Doa sederhana yang kami panjatkan di Terminal Purabaya waktu itu menjadi kenyataan. Ya.
Jadi, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang bisa kamu dustakan?
Sebelum beranjak ke petualangan menarik di Bogor, saya mau cerita sedikit nih, tentang DBL. Lomba jurnalistik yang baru pertama kali saya ikuti, dan tentu saja lomba ini memberi saya banyak pengalaman dalam menulis berita. Meski sempat agak malas di awal-awal kompetisi, akhirnya saya bisa menuntaskan naskah berita yang membuahkan nilai 7,68 dari dewan juri. Menempati peringkat empat kategori writer, sungguh saya senang sekali! Huge thanks buat Mas Vian (Irviandi) yang meski jarang saya hubungi, ternyata ilmunya sangat manjur tentang kepenulisan. 10 thumbs up, deh!
Setelah move on dari kompetisi DBL, saya punya janji dengan diri saya sendiri, yang singkat kata isinya adalah saya harus bisa mencari pengganti prestasi saya di DBL, sesegera mungkin. Saya harus bisa.
Dan tepat tanggal 5 Oktober, saya mendapat jawabannya,
5 besar Green Innovation Tree Grower Community Institut Pertanian Bogor!
Kami berangkat ke Bogor.
![]() |
Puncak,Bogor, 13 Oktober 2014 |
#Day 1 : 10 Oktober 2014
Cobaan Orang Sukses
Setelah persiapan super mendadak menuju Bogor yang masih ditambah unsur ketidakpercayaan, maka kami berempat (saya dan tiga orang teman perempuan) meyakinkan diri untuk melangkahkan kaki menuju Bogor.
Sesuai dengan perkiraan akhirnya kami tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya, niatnya ingin berangkat dengan kereta api, namun ternyata tiket kami yang belum diamankan melayang begitu saja diambil orang. Yah, alhasil kami berburu menuju Terminal Bungurasih (Purabaya) setelah mencoba menghubungi agen-agen bus yang busnya sudah terisi penuh.
Di Terminal Bungurasih, kami disambut agresivitas para agen bus yang kala itu tengah getol mencari penumpang. Dengan pikiran yang sudah pasrah dan kebingungan, karena mau tidak mau kami harus berangkat hari itu juga. Kami akhirnya menerima pinangan bus bermerek nama bunga itu dengan harga tiket Rp300.000.
Dengan bismillah kami mencoba menyakinkan diri bahwa perjalanan kami akan baik-baik saja, seperti kata kakak salah satu teman yang kala itu berkata bahwa semua ini adalah cobaan untuk orang sukses. Dan tentu saja, dalam kondisi seperti itu satu-satunya hal yang bisa kami lakukan adalah mengamini.
Di tengah kondisi pasrah (karena kami baru pertama kali ke Bogor menggunakan bus tanpa didampingi orang tua) maka yang kami lakukan hanyalah berdoa, berdoa agar kami selalu dikelilingi orang-orang baik. Dan ternyata doa itu kelak benar-benar terwujud.
#Day2 : 11 Oktober 2014
24 hours long journey
Rasanya sudah berpuluh-puluh kali saya bangun dari tidur, dan nyatanya saya masih terduduk tenang di bus. Perjalanan yang melelahkan hingga membuat sendi-sendi dan otot rasanya kaku. Perjalanan terpanjang yang pernah saya lalui! Perjalanan Surabaya-Bogor, seharian penuh!
Untuk pertama kalinya, saya menginjakkan kaki di Terminal Pulo Gadung, yang langsung dioper ke dalam bus kota yang penampakannya seperti setting FTV di TV sebelah. Di dalam bus, saya merasa kehabisan oksigen, andai saya tak kunjung keluar dari bus itu, saya bisa koid kehabisan oksigen.
Perjalanan super melelahkan itu, akhirnya mencapai suatu titik temu, atau titik akhir? Setidaknya, kala dua orang malaikat berjalan itu menemukan kami, tuntaslah sudah beban yang ada di pundak. Saya lunglai, lega, bahagia.
Mas Ifta dan Mbak Ruri, ibarat jadi oasis di tengah gurun sahara. Ibarat air yang mengisi relung-relung tenggorokan kala dahaga. Sungguh, perjalanan berat yang kami tempuh ini seakan sirna sudah seiring dengan datangnya bala bantuan dari keduanya. Mulai dari asupan makanan, mengantar hingga ke wisma. Kami-atau saya khususnya- merasa seperti anjing kecil yang ditemukan oleh pengasuh baik hati. Karena jujur saja, meski saya sudah 18 tahun, ini adalah perjalanan terjauh dan ternekat yang pernah saya lalui, sendirian. -tanpa orang tua-
#Day3: 12 Oktober 2014
Show time. Kami menunjukkan kemampuan dan keunggulan produk kami di Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Kami berkeliling kampus IPB ditemani satu lagi orang baik, yakni Mbak Via, mojang asal Pemalang yang kami adopsi sebagai pendamping kami.
#Day4 : 13 Oktober 2014
Kami diajak jalan-jalan ke Puncak, Bogor oleh Mas Ifta. Menikmati panorama Jawa Barat selepas menerima gelar "Berharap Juara I" atas karya yang kemarin kami presentasikan. Lagi-lagi, saya tak perlu menyebut banyak kebaikannya, namun malaikat yang satu ini benar-benar membuat saya gemas setengah mati akan kebaikannya.
Kami menginap di rumah kedua Mas Ifta dan Mbak Ruri. Ini adalah kebaikan nomor sekian yang kami peroleh dari keduanya.
Pulang. Dengan seribu bahkan sejuta kenangan. Yang menurut saya, yang paling mengesankan dari perjalanan ini adalah pertemuan kami dengan keluarga kecil berhati malaikat itu. Yang lebih terasa seperti liburan daripada untuk mengikuti lomba.
Semoga lain kali, kami bisa ke Bogor lagi dengan keadaan yang tidak sama memprihatinkannya seperti kemarin! Oh iya, untuk pertama kalinya, saya naik pesawat. Terima kasih teman-teman atas pengalamannya~
Satu hal yang dapat saya simpulkan, bahwa pada perjalanan kami ini, doa yang kami panjatkan ternyata benar-benar manjur. Doa sederhana yang kami panjatkan di Terminal Purabaya waktu itu menjadi kenyataan. Ya.
"Kami benar-benar dikelilingi orang-orang baik."
....
....
...
..
.
Kami berharap suatu saat kami bisa sebaik mereka.
Kami ingin jadi orang baik.
aaaaaaaaa kuangen indahnya bogor bareng mas ifta sekeluarga :'')
ReplyDelete