Aku tak akan memberitahumu seperti apa ia. Apakah selembar nyawa berpindah atau hanya sebuah benda yang diam di tempat. Aku hanya menyebutnya sebagai Si Merah Tua. Aku ingin agar kau menerka, siapakah gerangan dirinya. Mari kita mulai saja.
Hai kamu, Si Merah Tua.
Sebenarnya bukan kali ini saja kita dipertemukan. Hanya saja, masalah waktu ketika kau dan aku berubah posisi. Dan entahlah, kupikir letakmu sekarang tak jauh dariku layaknya dulu.
Hai kamu, Si Merah Tua.
Kamu bukan pengharapanku yang terbesar. Karena aku tak mau terbodohi lagi layaknya si Biru yang cintanya sudah uzur. Aku hanya senang melihatmu berada disitu setiap waktu. Entah terdiam atau mulai berpindah posisi.
Hai kamu, Si Merah Tua.
Jangan terlalu takut aku akan jatuh terlalu dalam. Karena aku sudah punya perisai dan benteng di belakang. Biarkan saja semua ini seperti yang memang seharusnya ada. Tanpa paksaan. Tanpa ungkapan. Atau pengungkapan. Sementara ini, seperti ini saja sudah cukup.
Hai kamu, Si Merah Tua.
Memang aku belum menobatkanmu sebagai satu-satunya layaknya Si Biru yang dahulu. Karena kupikir kita masih terlalu dini untuk mengungkapkan soal itu. Ialah sebuah kecukupan melihatmu berada di posisimu saja.
Hai kamu, Si Merah Tua.
Mungkin terlalu cepat bagiku untuk mengungkap, tapi hati kecilku berbisik kecil hingga suaranya terbawa angin. Meski begitu, biarkan aku sekadar menyuarakan angin yang membuat pintuku berderit, dengarkanlah karena aku takkan mengulanginya.
"Hai kamu, Si Merah Tua, sudikah kau gantikan Si Biruku yang dahulu yang cintanya sudah uzur?"
Hari 2, 30HariMenulisSuratCinta by PosCinta
tulisan yang penuh rahasia. kapan mengungkapkannya?
ReplyDeletebesok tulis untuk seseorang yang bisa langsung membacanya ya. berani mention? xD
- ika