Skip to main content

Bara dan Diana

Draf ini mengendap seperti kapur yang berkumpul di dasar sebuah gelas air kapur. Draf ini sudah tak punya rasa, karena rasa yang sebenarnya ada sudah hilang bersama kumpulan angin dan ikut bersama tanah basah. Aku hanya ingin mempublikasikan ini padamu. Sebuah cerita sederhana yang berulang kali menjadi tema kisahku. Kini, draf ini hanyalah menjadi sebuah tulisan biasa. Karena tidakkah kau tahu, aku telah melupakan masa lalu. Atau lebih tepatnya berdamai dengan masa lalu. Kau, bukankah begitu?

Aksara Diana

Aku menatap ciptaan Tuhan yang satu itu. Sempurna. Iya, aku mengaguminya dari kejauhan. Matanya memicing dengan paripurna. Memancarkan keindahan yang tak dapat membuatku henti untuk memandangnya. 
Rangka yang satu ini benar-benar membuatku tak mengerti. Ia dapat berbicara padaku tentang hal yang manis dengan nada bercanda. Tuhan, ia sudah berkali-kali membuatku terbang ke langit ke tujuh. Kali ini aku akan mendeskripsikan sedikit tentangnya kepadamu.
Dia lelaki yang pada awalnya tak membuatku tertarik. Aku tahu ia tampan tapi cinta yang bersemi di hatiku ini bukanlah cinta yang jatuh pada pandangan pertama. Dialah cinta yang hadir karena terbiasa.
Aku tak seperti gadis lain yang langsung menyukainya kala bersitatap dengannya, Bara bagiku adalah seorang teman. Hingga pada akhirnya, canda dan tawa yang ia buat berubah menjadi sesuatu yang selalu kurindukan. Menjadi hal yang selalu ku bayangkan dari waktu ke waktu.
Bara, lelaki yang punya banyak fans di luar sana. Lelaki yang diam-diam kukagumi dari dekat. Yang beruntung dapat kutatap dalam diam. 

Bara Nirwana

Gadis itu. Memang bukan gadis paling memikat di sekolah. Tapi entahlah, hatiku telah memilihnya. Aku menyukai senyumnya, rambutnya yang sedikit berantakan kala datang ke kelas.
Diana. Aku menyukainya.
Entah apa yang harus kulakukan saat berhadapan dengannya. Hanya ejekan yang dapat kukatakan untuk membuatnya bicara kepadaku.
Sorot matanya aku suka. Nada bicaranya yang menduhkan dan sesekali manja.

--

Keduanya tak pernah tahu karena memang tak ada yang mau untuk saling tahu. Diam. Bisu. Hanya itu. Bila terus begitu, pertolongan Tuhan-lah yang akan bertutur.
Selamat tinggal. Sampai jumpa. Bila kita jodoh, akankah kita bertemu esok hari?


--
Menulis Random 36 Hari @byotenega ~

Comments

Popular posts from this blog

Solo Traveling: Berani Nyaman Sendirian

Berani nyaman sendirian Kata orang, salah satu cara menemukan jati diri adalah dengan solo traveling . Saya mengamini perihal ini karena dengan bepergian sendirian, satu-satunya yang bisa diandalkan, ya, siapa lagi, kalau bikin diri sendiri? Kita diajak belajar percaya pada diri sendiri, mandiri dan mengenal lebih banyak tentang diri sendiri. Kebetulan, saya orang yang nyaman sendirian. Pergi sendiri ke bioskop nonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 di tengah ramai sesak di hari pemutaran perdana? Saya pernah. Makan sendirian di restoran yang ramainya bukan main, ah , biasa itu, mah . Solo traveling ? Saya pun pernah, walaupun masih sebatas perjalanan antar kota. Tidak seperti makan dan nonton di bioskop yang minim risiko, solo traveling atau liburan sendirian masih menjadi hal yang aneh dan mengkhawatirkan bagi beberapa orang. Berada di lingkungan asing tanpa orang dikenal? Duh , malapetaka! Bagaimana kalo saya ditipu warga lokal? Bagaimana kalau ada hal-hal buruk yang menimpa

[PUISI] Cahaya Harapan

Judul : Cahaya Harapan Datang dari pintu kedatangan Dibawanya deru gelora jiwa Bersandar pada lekukan kayu Di sudut lain pada hampa dengan waktu Tabur! Tabur saja cahaya surya! Hingga aku tak kuat lagi menahan silaunya Hingga aku tak mampu lagi berpegangan  pada bumi Hingga aku terhempas keras, keras, keras sekali Di padang gelap terdampar Dimana cahaya itu lenyap, paripurna Hilang… Hilang… Hilang… Pulang menuju pintu keluar Langkahnya masih sama Yang beda hanyalah siapa yang tertinggal di belakang Oh bukan, siapa yang ditinggal di belakang Samar-samar mencari sisa-sisa cahaya Yang menyala dari sela-sela Tak jua ditemui barang secuil pun Padam, padam Cahaya itu padam tanpa disuruh Buat siapa yang di belakang sesak Buat siapa yang di belakang perlu buat cari 9 matahari Karena takut 1 tak cukup Takut 1 akan hilang Maka ia butuh 9 Cahaya itu memabukkan Buat kepayang bagi siapa yang terpapar Cahaya harapan Lenyap! Le

Terus Bergegas Ala Gagas di Usia Dua Belas

  Selamat ulang tahun, GagasMedia! Penerbit yang pernah menolak naskahku dulu, tapi kok belakangan sering dapet hadiah dari penerbit ini :p Yah, my little steps are going to make a big journey. Semoga saja. Selamat ber-12-ria! Sebutkan 12 judul buku yang paling berkesan setelah kamu membacanya! 1. 5cm , Donny Dhirgantoro 2. The Hobbit , J.R.R Tolkien 3. Perahu Kertas , Dewi 'dee' Lestari 4,5,6. Tiga buku kece dari Suzane Collins ( The Hunger Games, Catching Fire , dan Mockingjay ) 7,8. Milana dan Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri dari Bernard Batubara 9. Karya roman klasik, Layla Majnun oleh Nizami 10. Berjuta Rasanya , Tere Liye 11. Kumpulan hari-hari yang bercerita dalam Menuju(h) , Aan Syafrani dkk. 12. Yang paling baru banget dibaca dan berkesan, Misteri Patung Garam -nya Ruwi Meita. Buku apa yang pernah membuatmu menangis, kenapa? Summer Breeze. Waktu itu pertama kali baca novel dan udah tersentuh sama kisah si kembar Ares-Orion yang