“HUAHAHA. HUAHAHA.” Bahtiar mentertawakan sebuah
onde-onde yang dibawa Sarah, teman kelasnya.
“Dikasih jemblem ketawa, onde-onde apalagi.” Geleng
Sarah dengan nada heran.
“HUAHAHA.” Bahtiar masih saja tertawa sembari
memegangi perutnya.
--
Sesosok lelaki tengah menatap dua insan yang beradu
mulut. Tak lain tak bukan, dua orang yang selama ini satu atap dengannya.
Lelaki pencari nafkah dan ibu yang memasak tiap harinya. Kedua bola mata lelaki
itu memandang nanar. Ada kesedihan mendalam di hatinya. Bahtiar. Keluarganya
tak lagi utuh.
--
Sarah baru tertunduk bersama gadgetnya. Sementara
Bahtiar ada di sampingnya. Masih saja menertawakan badut dufan yang baru saja
lewat.
“Heh. Jangan ketawa terus!”
“Lucu itu! Lucu!”
“Ini buat kamu.” Sarah menyerahkan sekotak benda
bulat dengan banyak wijen di atasnya. Bahtiar meraihnya. Membukanya perlahan
dan meraih satu di antara enam itu, satu yang paling besar.
“HUAHAHA. Liat nih! Lucu. Masa ini yang paling gede.
HUAHA.”
Sarah hanya tersenyum memandang Bahtiar. Senyum itu
yang baru saja terukir di bibirnya. Seusai matanya menangkap sesuatu di layar
ponselnya. Sebuah tweet yang tak luput dari perhatian gadis itu.
Sesungguhnya
orang yang mudah tertawa karena hal sekecil apapun, ada kesedihan yang teramat
dalam di hatinya.
“Tersenyumlah Bahtiar. Bahagialah. Tertawalah.”
bisik Sarah dalam hati.
SELESAI
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Kesamaan tokoh dan jalan cerita hanya ketidaksengajaan belaka. Terima kasih.
Comments
Post a Comment