Matahari telah
kehilangan pilar-pilar cahayanya.
Tepat setelah gumpalan
awan abu-abu menggantikan posisinya.
Bertepatan dengan aku
yang tengah bersila.
Menatap catatan-catatan
gila tentang yang namanya cinta.
Hujan, kau tahu tidak…
Ada dua bayangan yang
menghantuiku sekarang.
Dua bayangan yang
dua-duanya berjarak.
Terlihat dekat memang.
Namun sukar untuk
dijangkau.
Hujan, kau tahu tidak..
Pemilik bayangan itu
sayangnya bukan untuk kumiliki.
Mereka tercipta bukan
untuk diriku.
Hujan, apa kau tahu…
Sudah lama kata cinta
tak mampir di pelabuhanku.
Sudah lama kata cinta
enggan mendekat padaku.
Sekedar menyapa saja,
ia tak mau.
Namun hujan, apa kau
tahu..
Kini aku mulai
merasakannya lagi.
Bukan, bukan rasa jatuh
cinta.
Tapi rasa sakit hatinya.
Dan hujan, biarkanlah
air mataku bersatu dengan butiran airmu.
Agar tak seorangpun
tahu ada aku.
Aku yang tengah duduk
kesakitan.
Melihat dua bayangan
yang tak kunjung mendekat.
Hujan, untuk kali ini
saja.
Karena esok hari
senyumku pasti akan terkembang.
Air mataku akan luruh
terkena kilauan sinar mentari.
Meski untuk beberapa
masa ke depan.
Perasaanku masih akan
sama.
Ya, ini yang namanya
sakit hati.
Comments
Post a Comment