Draf ini mengendap seperti kapur yang berkumpul di dasar sebuah gelas air kapur. Draf ini sudah tak punya rasa, karena rasa yang sebenarnya ada sudah hilang bersama kumpulan angin dan ikut bersama tanah basah. Aku hanya ingin mempublikasikan ini padamu. Sebuah cerita sederhana yang berulang kali menjadi tema kisahku. Kini, draf ini hanyalah menjadi sebuah tulisan biasa. Karena tidakkah kau tahu, aku telah melupakan masa lalu. Atau lebih tepatnya berdamai dengan masa lalu. Kau, bukankah begitu? Aksara Diana Aku menatap ciptaan Tuhan yang satu itu. Sempurna. Iya, aku mengaguminya dari kejauhan. Matanya memicing dengan paripurna. Memancarkan keindahan yang tak dapat membuatku henti untuk memandangnya. Rangka yang satu ini benar-benar membuatku tak mengerti. Ia dapat berbicara padaku tentang hal yang manis dengan nada bercanda. Tuhan, ia sudah berkali-kali membuatku terbang ke langit ke tujuh. Kali ini aku akan mendeskripsikan sedikit tentangnya kepadamu. Dia lelaki yang pad...