Saya ingat betul, waktu itu saya menangis di sebuah Pujasera yang letaknya ada di luar stadion olahraga dekat kampus. Saat itu saya tidak mampu membendung air mata saya, di semester awal saya berkuliah, saya merasa bukan siapa-siapa. Saya merasa hanya remah-remah. Kecil, tidak terlihat, sepele, dan dianggap sebelah mata. Ketidakbergunaan saya saat itu membuat saya tersedu. Ibarat memulai semuanya dari nol, kehidupan kampus mampu mengejutkan saya. Merasa diri ini bukan siapa-siapa. Detik itulah saya merasa berada di level paling bawah kehidupan.